TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta—Konsisten dan tak putus asa menjadi modal kalau kita mau berhasil dalam berusaha. Pelajaran tersebut bisa didapatkan dari seorang Nadia, wanita berusia 38 tahun pemilik usaha pisang goreng beku Shamiya. Mengusung tagline “Satu Aja Gak Cukup!” wanita asal Bandar Lampung ini mengaku berkat kegigihan dan konsisten memproduksi, pisang goreng beku “Shamiya” sukses merambah pasar di berbagai lokasi di Indonesia, bahkan pernah terjual hingga ke Eropa dan Arab Saudi. Keberhasilan “Shamiya” memang tidak terlepas dari kerja keras Nadia bersama suaminya. Dengan memanfaatkan potensi Lampung yang merupakan sentra pisang, Nadia mengolah menjadi pisang goreng setengah matang, sehingga produknya bisa bertahan lama jika disimpan di freezer (lemari es). Konsumen pun bisa mengonsumsi kapan dan dimana saja. “Saya dan suami mulai konsisten sejak tahun 2015, awalnya memang financial kita terganggu, tapi kemudian kita dihadapkan harus menjalankan kehidupan dan dipertemukan dengan guru yang memang sudah usaha pisang goreng,” tutur Nadia kepada tabloidsinartani.com saat Temu Bisnis UMKM pangan lokal di Bandung, beberapa waktu lalu. Nadia bercerita, sebelumnya dirinya tidak bisa membentuk pisang kipas. Apalagi biasanya pisang goreng yang dijual berbentuk kipas. “Karena kita nggak bisa membentuk kipas, akhirnya pada lepas. Tapi ternyata ketika di pasarkan semua pada suka. Jadi inovasinya lahir dari ketidakbisaan. Justru malah inovasinya itu disukai pasar yang bentuk lepas, karena lebih mudah dan disukai anak anak,” tuturnya. Nadia mengatakan, permintaan pisang goreng Shamiya di Bandar Lampung cukup besar. Setiap bulan dirinya memproduksi pisang hingga 14 ton. Namun untuk permintaan di luar Bandar Lampung, Nadia memberikan catatan pengirimannya sehari sampai karena produknya tanpa pengawet. Sebab, harus segera disimpan dalam freezer. Usaha yang dibangun Nadia bersama suaminya memang tak mudah, namun ia berusaha konsisten, terutama dalam mendapatkan bahan baku pisang. Pisang yang digunakan Shamiya adalah jenis Kepok, Raja dan Tanduk. Terkadang untuk mendapatkan kualitas pisang yang baik cukup sulit.
Berdasarkan pengalaman Nadia dan suaminya, stok bahan baku pisang jenis tanduk dan kepok kadang susah dicari. Karena minimnya stok dipasaran, pisang tersebut dibandrol dengan harga tinggi. Bahkan demi konsistensi dalam menyediakan produk usahanya, ia rela merogoh kocek lebih dalam untuk mendapatkan bahan baku tersebut. Untuk ketiga jenis pisang ini banyak didapatkan dari wilayah sekitaran Lampung Timur, Metro dan Lampung Tengah, dan beberapa daerah lain di Provinsi Lampung. “Suka duka yang saya alami karena kita butuh bahan baku. Saat ini saya masih sangat tergantung dengan petani. Apalagi di Lampung belum ada satu pengepul yang besar khusus memasok pisang. Saat ini saya mendapatkan dari beberapa petani di Lampung,” katanya. Saat ini, khususnya saat pandemi Covid-19 kendalnya menurut Nadia, kebijakan PPKM yang membuat pengunjung dan pengiriman ke luar kota terhambat. Bahkan omset selama PPKM berkurang sampai 30 persen. Jika sebelum PPKM bisa mencapai 100 juta kini hanya sekitar Rp 60 juta. Untuk memberikan alternatif pada konsumen, Nadia membuat menawarkan tiga jenis pisang yakni pisang kepok, pisang raja dan pisang tanduk. Semua jenis pisang tersebut merupakan asli Lampung yang merupakan penghasil pisang. Nadia memberikan tips mengenal pisang. Untuk pisang tanduk spesial penanganannya, harus matang betul baru akan terasa enak. Sebab, jika belum matang akan keset. Namun kalau pas matangnya akan sangat enak manis dan legit. Sedangkan, kalau pisang kepok lebih krunchy. Sebab, pisang kepok kadar airnya lebih sedikit. “Jadi kalau kita goreng itu krunchy di luar, tapi melted di dalam,” katanya. Sementara pisang raja itu jenisnya lebih basah. Namun menurut Nadia, kalau yang suka manis dan suka basah, enaknya pisang raja. Soal harga, menurut Nadia, relatif terjangkau. Apalagi dengan kualitas rasanya yang sebanding. Namun untuk harga dibedakan berdasarkan jenis pisang dan beratnya. Kepok size Medium (M) dibanderol Rp 25 ribu. Kepok size Large (L) sekitar Rp 45 ribu. Selain itu, Kepok Premium isi 30 potong berat 900 gram dan Tanduk Premium berat 1 kg dibanderol sekitar Rp 75 ribu. Sampai saat ini, usaha yang dirintis Nadia sejak tahun 2015 ini telah memiliki sekitar 16 karyawan yang siap membantu, mulai dari proses produksi, pengepakan, sampai dengan penjualan. “Harapan saya ke depan bisa menciptakan produk baru, tapi yang berkualitas dan tersertifikasi. Jadi masyarakat yang mengonsumsi itu aman, jelas produsennya dan tersertifikasi. Jadi intinya bermanfaat untuk orang banyak,” tuturnya.
Untuk yang tinggal di Bandar Lampung dan ingin memesan Pisang Goreng Beku Shamiya, bisa datang langsung ke Gerainya di Jalan Pagar Alam (PU) Nomor 73 A Kedaton, Bandar Lampung. Jika enggan capek, bisa memesan via DM Instagram @pisanggorengshamiya dan juga bisa pesan melalui WhatsApp 0821-7547-9527.
Sumber: Bermodal Konsisten, Pisang Goreng Beku Shamiya jadi Pioner